Keraguan masyarakat Arab Makkah
tentang kenabian Muhammad saw. dan kebenaran Al-Qur’an terus berlanjut. Mereka mengutus tiga orang untuk
menemui tokoh agama Yahudi Najran guna meminta tanggapan tentang Muhammad. Para
tokoh Yahudi mengusulkan agar kaum musyik Makkah bertanya kepada Nabi tentang
tiga hal. Jika menjawabnya dengan baik , dia seorang nabi. “Lalu tanyakan pula
satu hal lain, dan jika ia menduga tahu, dia berbohong ”, demikian ucap
orang-orang Yahudi. ketiga hal tersebut adalah:
Pertama, kisah
sekelompok pemuda yang masuk berlindung dan tertidur sekian lama. Berapa jumlah
mereka dan siapa atau apa yang bersama mereka?
Kedua, kisah
Musa, ketika diperintahkan Tuhan untuk belajar.
Ketiga, kisah
seorang penjelajah ke Timur dan ke Barat.
Keempat
pertanyaan mereka itu terjawab melalui wahyu Al-Qur’an surat kedelapan belas
(Al-Kahfi).
Disarikan dari buku Mukjizat
Al-Qur’an karya M. Quraish Shihab kita akan berpetualang mencari jawaban, benarkah informasi atau
jawaban Al-Qur’an bahwa terdapat tujuh orang pemuda bersama seekor anjing yang
berlindung dari kekejaman penguasa masanya menuju gua (QS.Al-Kahfi [18]: 22)?
Benarkah mereka tertidur di gua selama 300 tahun menurut penghitungan Syamsiah
atau 309 tahun menurut penghitungan Qamariah (QS.Al-Kahfi [18]: 25)? Benarkah
ketika mereka terbangun dan diketahui oleh masyarakat, mereka disambut baik,
ketika mereka itu, penguasa tidak lagi menindas penganut agama Kristen (QS.Al-Kahfi
[18]: 21) ? Benarkah bahwa diatas lokasi gua mereka kemudian dibangun tempat
peribadatan (QS.Al-Kahfi [18]: 21)?
Al-Qur’an
juga melukiskan gua tempat tinggal mereka sebagai berikut:
Engkau
melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan dan
apabila terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedangkan mereka berada dalam
tempat yang luas di dalam gua itu. (QS.Al-Kahfi [18]: 17)
Tidak mudah membuktikan
keberadaan gua dimaksud sebelum maraknya penelitian arkeologi. Namun- seperti
tulis Thabathaba’i dalam tafsirnya, Al-Mizan-sumber-sumber baratpun menyebutkan
paling tidak empat kesimpulan tentang kisah Ashhab Al-Kahfi, yang walaupun
berbeda dalam perinciannya, sama dalam pokok kisahnya.
Di
sisi lain tentang ditemukan sekian banyak gua di Epsus, Damaskus dan
Iskandinavia yang masing-masing penemuannya mengklaim bahwa gua itulah yang
merupakan gua Ash-hab Al-kahfi tetapi saying ciri-ciri gua tidak sepenuhnya
sama dengan apa yang dilukiskan oleh Al-Qur’an. Nanti pada 1963, Rafiq Wafa
Ad-dajani-seorang arkeolog Yordania-menemukan sebuah gua yang terletak sekitar
delapan kilometer dari amman, ibu kota Yorridania, dan memiliki ciri-ciri
seperti yang diuraikan Al-Quran.
Gua
tersebut berada di atas dataran tinggi menuju arah tenggara, sedangkan kedua
sisinya berada disebelah timur dan barat dan terbuka sedemikian rupa sehingga
cahaya matahari menembus ke dalam. Di dalam gua terdapat ruangan kecil yang
luasnya sekitar tiga kali dua setengah meter. Ditemukan juga di dalam gua
tersebut tujuh atau delapan kuburan. Pada dinding-dindingnya terdapat tulisan
Yunani Kuno, tetapi tidak terbaca lagi, sebagaimana terdapat pula gambar seekor
anjing dan beberapa ornamen.
Di
atas gua tersebut terdapat sebuah tempat peribadatan ala Bizantium; mata
uang dan peninggalan-peninggalan yang
ditemukan disekitarnya menunjukkan bahwa tempat tersebut dibangun pada masa
pemerintahan Justinus I (418-427 M). Ciri-ciri yang ditemukan itu, dapat
dikatakan sesuai dengan ciri-ciri yang dikemukakan Al-Qur’an, seperti terbaca
sebelumnya.
Di
sisi lain para sejarawan Muslim dan Kristen mengakui bahwa penguasa yang
menindas pengikut-pengikut Isa a.s. antara lain adalah yang memerintah pada
98-117 M dan pada sekitar tahun 112 M menetapkan bahwa setiap orang menolak
menyembah dewa-dewa dijatuhi hukuman sebagai pengkhianat. Para sejarawan Muslim
dan Kristen pun sepakat bahwa penguasa yang bijaksana adalah Theodusis yang
memerintah selama tahun 408-451.
Disini
sekali lagi bertemu informasi sejarawan dengan informasi Al-Qur’an, yakni
apabila di atas dikatakan bahwa para pemuda yang berlindung itu menghindar dari
ketetapan penguasa yang dikeluarkan pada 112 M itu, dan bahwa mereka tertidur
selama 300 tahun pada sekitar tahun 412 M, yakni pemerintahan penguasa yang
membebaskan orang-orang Kristen dari penindasan.
Dari
sejarah ini juga diketahui mengapa peristiwa ini tidak disebut dalam Perjanjian
Baru dan Perjanjian Lama, karena memang
terjadinya jauh setelah masa Isa a.s. Demikianlah sekali lagi terbukti kebenaran
pemberitaan ghaib Al-Qur’an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca artikel dan berkenan memberi komentar ^_^