Ahlan Wa Sahlan

Ahlan Wa Sahlan

Kamis, 23 Mei 2013

Ashhab Al-Kahfi




Keraguan masyarakat Arab Makkah tentang kenabian Muhammad saw. dan kebenaran Al-Qur’an terus  berlanjut. Mereka mengutus tiga orang untuk menemui tokoh agama Yahudi Najran guna meminta tanggapan tentang Muhammad. Para tokoh Yahudi mengusulkan agar kaum musyik Makkah bertanya kepada Nabi tentang tiga hal. Jika menjawabnya dengan baik , dia seorang nabi. “Lalu tanyakan pula satu hal lain, dan jika ia menduga tahu, dia berbohong ”, demikian ucap orang-orang Yahudi. ketiga hal tersebut adalah:
Pertama, kisah sekelompok pemuda yang masuk berlindung dan tertidur sekian lama. Berapa jumlah mereka dan siapa atau apa yang bersama mereka?
Kedua, kisah Musa, ketika diperintahkan Tuhan untuk belajar.
Ketiga, kisah seorang penjelajah ke Timur dan ke Barat.
Adapun keempat, yang ia berbohong kalau mengetahuinya, kapan Hari Kiamat akan terjadi.
          Keempat pertanyaan mereka itu terjawab melalui wahyu Al-Qur’an surat kedelapan belas (Al-Kahfi).
Disarikan dari buku Mukjizat Al-Qur’an karya M. Quraish Shihab kita akan berpetualang  mencari jawaban, benarkah informasi atau jawaban Al-Qur’an bahwa terdapat tujuh orang pemuda bersama seekor anjing yang berlindung dari kekejaman penguasa masanya menuju gua (QS.Al-Kahfi [18]: 22)? Benarkah mereka tertidur di gua selama 300 tahun menurut penghitungan Syamsiah atau 309 tahun menurut penghitungan Qamariah (QS.Al-Kahfi [18]: 25)? Benarkah ketika mereka terbangun dan diketahui oleh masyarakat, mereka disambut baik, ketika mereka itu, penguasa tidak lagi menindas penganut agama Kristen (QS.Al-Kahfi [18]: 21) ? Benarkah bahwa diatas lokasi gua mereka kemudian dibangun tempat peribadatan (QS.Al-Kahfi [18]: 21)?
          Al-Qur’an juga melukiskan gua tempat tinggal mereka sebagai berikut:
Engkau melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan dan apabila terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedangkan mereka berada dalam tempat yang luas di dalam gua itu. (QS.Al-Kahfi [18]: 17)
Tidak mudah membuktikan keberadaan gua dimaksud sebelum maraknya penelitian arkeologi. Namun- seperti tulis Thabathaba’i dalam tafsirnya, Al-Mizan-sumber-sumber baratpun menyebutkan paling tidak empat kesimpulan tentang kisah Ashhab Al-Kahfi, yang walaupun berbeda dalam perinciannya, sama dalam pokok kisahnya.
          Di sisi lain tentang ditemukan sekian banyak gua di Epsus, Damaskus dan Iskandinavia yang masing-masing penemuannya mengklaim bahwa gua itulah yang merupakan gua Ash-hab Al-kahfi tetapi saying ciri-ciri gua tidak sepenuhnya sama dengan apa yang dilukiskan oleh Al-Qur’an. Nanti pada 1963, Rafiq Wafa Ad-dajani-seorang arkeolog Yordania-menemukan sebuah gua yang terletak sekitar delapan kilometer dari amman, ibu kota Yorridania, dan memiliki ciri-ciri seperti yang diuraikan Al-Quran.
          Gua tersebut berada di atas dataran tinggi menuju arah tenggara, sedangkan kedua sisinya berada disebelah timur dan barat dan terbuka sedemikian rupa sehingga cahaya matahari menembus ke dalam. Di dalam gua terdapat ruangan kecil yang luasnya sekitar tiga kali dua setengah meter. Ditemukan juga di dalam gua tersebut tujuh atau delapan kuburan. Pada dinding-dindingnya terdapat tulisan Yunani Kuno, tetapi tidak terbaca lagi, sebagaimana terdapat pula gambar seekor anjing dan beberapa ornamen.
          Di atas gua tersebut terdapat sebuah tempat peribadatan ala Bizantium; mata uang  dan peninggalan-peninggalan yang ditemukan disekitarnya menunjukkan bahwa tempat tersebut dibangun pada masa pemerintahan Justinus I (418-427 M). Ciri-ciri yang ditemukan itu, dapat dikatakan sesuai dengan ciri-ciri yang dikemukakan Al-Qur’an, seperti terbaca sebelumnya.
          Di sisi lain para sejarawan Muslim dan Kristen mengakui bahwa penguasa yang menindas pengikut-pengikut Isa a.s. antara lain adalah yang memerintah pada 98-117 M dan pada sekitar tahun 112 M menetapkan bahwa setiap orang menolak menyembah dewa-dewa dijatuhi hukuman sebagai pengkhianat. Para sejarawan Muslim dan Kristen pun sepakat bahwa penguasa yang bijaksana adalah Theodusis yang memerintah selama tahun 408-451.
          Disini sekali lagi bertemu informasi sejarawan dengan informasi Al-Qur’an, yakni apabila di atas dikatakan bahwa para pemuda yang berlindung itu menghindar dari ketetapan penguasa yang dikeluarkan pada 112 M itu, dan bahwa mereka tertidur selama 300 tahun pada sekitar tahun 412 M, yakni pemerintahan penguasa yang membebaskan orang-orang Kristen dari penindasan.
          Dari sejarah ini juga diketahui mengapa peristiwa ini tidak disebut dalam Perjanjian Baru  dan Perjanjian Lama, karena memang terjadinya jauh setelah masa Isa a.s. Demikianlah sekali lagi terbukti kebenaran pemberitaan ghaib Al-Qur’an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca artikel dan berkenan memberi komentar ^_^